Salah satu cara inovatif untuk mengatasi masalah ini adalah mengolah limbah padi menjadi briket bioenergi.
Briket ini dapat menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan untuk rumah tangga.

http://www.damienmjones.com
Baca juga : Wisata Gua sarang Surga di Ujung Barat
Baca juga : Travel Budaya, Alam, dan Kuliner jogjakarta
Baca juga : Gunung Samalas Letusan Raksasa Abad ke-13
Baca juga : Teknologi Militer Digital Masuk Akal?
Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia, dengan padi sebagai komoditas utama. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, produksi gabah kering giling di Indonesia mencapai lebih dari 54 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 20–30% berupa limbah pertanian seperti sekam padi, jerami, dan dedak. Sayangnya, sebagian besar limbah ini hanya dibakar di lahan sawah atau dibuang, sehingga menimbulkan pencemaran udara dan tidak memberikan nilai ekonomi.
Jenis Limbah Padi yang Bisa Dijadikan Briket

- Sekam Padi
- Mengandung karbon tinggi (±35–40%).
- Nilai kalor sekitar 3.000–3.500 kkal/kg.
- Sangat melimpah, karena dari setiap 100 kg gabah, sekitar 20 kg adalah sekam.
- Jerami Padi
- Mengandung selulosa dan lignin.
- Nilai kalor ± 2.800–3.200 kkal/kg.
- Biasanya hanya dibakar di sawah, sehingga berpotensi besar bila diolah menjadi energi.
- Dedak atau Bekatul
- Meski sering digunakan untuk pakan ternak, dedak juga bisa dicampur sebagai bahan tambahan dalam pembuatan briket.
Fakta: Indonesia menghasilkan sekitar 15 juta ton sekam padi per tahun (BPS, 2023). Jika 50% saja diolah menjadi briket, energi yang dihasilkan bisa menggantikan jutaan tabung LPG 3 kg setiap tahunnya.
- Meski sering digunakan untuk pakan ternak, dedak juga bisa dicampur sebagai bahan tambahan dalam pembuatan briket.
Proses Pembuatan Briket dari Limbah Padi
1. Persiapan Bahan
- Sekam atau jerami harus dikeringkan hingga kadar air <15%.
- Bahan kering lebih mudah diproses dan menghasilkan arang berkualitas.
2. Karbonisasi (Pembakaran Tidak Sempurna)
- Limbah dimasukkan ke dalam tungku atau drum, kemudian dibakar dengan oksigen terbatas.
- Hasilnya adalah arang hitam dengan kadar karbon tinggi.
- Proses ini membutuhkan suhu sekitar 400–500 °C.
3. Penghalusan
- Arang yang dihasilkan dihancurkan menjadi serbuk halus.
- Semakin halus partikel arang, semakin padat dan kuat briket yang dihasilkan.
4. Pencampuran dengan Perekat
- Perekat yang umum digunakan adalah tepung tapioka, kanji, atau tanah liat.
- Komposisi standar: 90% arang + 10% perekat.
- Adonan dicampur dengan air hingga kalis.
5. Pencetakan Briket
- Adonan ditekan dengan alat cetak manual atau hidrolik.
- Bentuk bisa silinder, kotak, atau heksagonal dengan lubang di tengah (agar mudah terbakar).
6. Pengeringan
- Briket dijemur di bawah sinar matahari 2–3 hari.
- Alternatif: dikeringkan dengan oven pada suhu 60–80 °C selama 6–8 jam.
- Briket siap digunakan bila kadar air <10%.
Kualitas Briket Sekam dan Jerami
Beberapa penelitian menunjukkan hasil uji briket dari limbah padi: Briket sekam padi:
Nilai kalor: 3.200–3.600 kkal/kg
Kadar abu: 15–20%
Lama pembakaran: 45–60 menit
Briket jerami padi:
Nilai kalor: 2.800–3.200 kkal/kg
Kadar abu: 10–15%
Lama pembakaran: 35–50 menit
Fakta: Nilai kalor LPG sekitar 11.000 kkal/kg dan batu bara ± 5.000–6.000 kkal/kg. Meski briket limbah padi lebih rendah, namun tetap cukup untuk kebutuhan memasak dan industri kecil.
Kelebihan Briket dari Limbah Padi
- Ramah Lingkungan – Mengurangi pembakaran terbuka jerami/sekam yang mencemari udara.
- Energi Terbarukan – Sumber energi bisa diperbarui setiap musim panen.
- Murah & Mudah Dibuat – Bahan melimpah, teknologi sederhana, bisa diproduksi oleh UMKM.
- Mengurangi Ketergantungan LPG – Alternatif untuk masyarakat pedesaan yang sering kesulitan akses LPG.
- Nilai Ekonomi Tambah – Petani bisa menjual sekam atau briket, bukan hanya gabah.
Kekurangan Briket Limbah Padi
- Nilai Kalor Lebih Rendah dibanding LPG atau batu bara.
- Membutuhkan Perekat untuk memperkuat bentuk briket.
- Produksi Membutuhkan Waktu (karbonisasi, pengeringan).
- Kadar Abu Tinggi (terutama sekam), sehingga meninggalkan residu lebih banyak.
Fakta Menarik tentang Briket Sekam Padi
- Jepang dan Korea Selatan sudah mengimpor briket biomassa dari Indonesia, terutama yang berbahan tempurung kelapa dan sekam padi.
- Harga briket biomassa di pasar ekspor bisa mencapai Rp6.000–10.000 per kg, lebih tinggi daripada harga sekam padi mentah (Rp300–500 per kg).
- Di Indonesia, briket sekam padi sering dipakai untuk pemanas air, memasak di pedesaan, serta industri tahu-tempe.
- Penelitian di Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bahwa briket sekam padi dengan perekat tapioka memiliki kualitas paling stabil dibanding tanah liat.

Potensi Pengembangan di Indonesia
Jika hanya 20% dari total sekam padi di Indonesia (15 juta ton/tahun) diolah menjadi briket:
- Akan dihasilkan sekitar 3 juta ton briket bioenergi.
- Energi yang dihasilkan setara dengan 9 miliar MJ (megajoule).
- Bisa menggantikan sekitar 2,5 juta ton batu bara atau 300 juta tabung LPG 3 kg per tahun.
Fakta ini menunjukkan bahwa briket limbah padi bukan hanya solusi lokal, tetapi juga bisa menjadi sumber energi nasional dan peluang ekspor.
Pemanfaatan limbah padi menjadi briket adalah solusi cerdas dan berkelanjutan dalam mengatasi limbah pertanian serta krisis energi. Dengan bahan baku melimpah, teknologi sederhana, dan nilai ekonomi yang menjanjikan, briket dari sekam dan jerami padi memiliki potensi besar dikembangkan di Indonesia.
Meski masih memiliki keterbatasan seperti nilai kalor yang lebih rendah dan kadar abu yang tinggi, kelebihan berupa ramah lingkungan, murah, serta membuka peluang usaha baru menjadikannya alternatif yang layak.
Kisah sukses briket limbah padi bisa menjadi inspirasi bahwa limbah tidak selalu berarti sampah, tetapi bisa berubah menjadi sumber energi hijau yang bermanfaat untuk masyarakat, lingkungan, dan perekonomian.
Leave a Reply