Federico barba adalah salah satu bek asal italia yang memeiliki jejak karier yang mentereng.
trasnfer mengejetukan federico barba bagian dari persib bandung.

Baca juga : Sherly Tjoanda Laos gubernur cantik tegas adil
Baca juga : Makan Sayuran bagi Kesehatan Tubuh
Baca juga : Panggung PAN MENJADI PENUH KONTROVERSI
Baca juga : pola pikir anak muda STM tentang masa depan
Baca juga : Edukasi Visual Anak Motorik anak
Federico Barba adalah salah satu bek asal Italia yang memiliki perjalanan karier cukup unik. Berbeda dengan banyak pemain Italia lain yang biasanya hanya berkarier di tanah kelahiran mereka, Barba justru dikenal sebagai bek yang berani berpetualang lintas negara. Dari Italia, Jerman, Spanyol, Swiss, hingga akhirnya mendarat di Indonesia bersama Persib Bandung, perjalanan kariernya dipenuhi cerita menarik, pasang surut, dan fakta-fakta unik yang jarang diketahui publik.
Awal Kehidupan dan Akademi Roma
Federico Barba lahir pada 1 September 1993 di Roma, Italia. Sejak kecil, ia sudah jatuh cinta dengan sepakbola. Kota Roma yang penuh dengan gairah sepakbola melalui AS Roma dan Lazio, menjadi tempat di mana Barba mulai bermimpi untuk menjadi pemain profesional. Ia masuk ke akademi AS Roma dan sempat bermain bersama nama-nama besar seperti Alessio Romagnoli. Namun, berbeda dengan Romagnoli yang berhasil menembus tim utama dan bahkan menjadi kapten AC Milan di kemudian hari, Barba tidak mendapat kesempatan debut bersama Roma.
Meski demikian, bakatnya tetap terpantau oleh banyak klub. Pada musim 2012–2013, Roma meminjamkannya ke Grosseto di Serie B. Di sinilah ia melakukan debut profesionalnya. Bersama Grosseto, Barba tampil 20 kali dan mencetak 1 gol. Bagi seorang bek muda berusia 19 tahun, hal ini tentu menjadi modal berharga untuk karier berikutnya.
Bersinar di Empoli dan Debut Serie A

Setelah masa pinjaman itu, Barba resmi pindah ke Empoli pada 2013. Klub kecil asal Toscana ini menjadi titik balik kariernya. Empoli saat itu sedang berjuang di Serie B dan Barba menjadi salah satu pilar lini belakang mereka. Hasilnya, pada musim 2013–2014, Empoli berhasil promosi ke Serie A.
Momen yang paling berkesan bagi Barba datang pada 31 Agustus 2014, ketika ia menjalani debut Serie A melawan Udinese. Meski pertandingan itu berakhir dengan kekalahan 2-0, bagi Barba itu adalah pencapaian besar: impian masa kecilnya untuk bermain di kasta tertinggi Italia terwujud. Selama empat tahun di Empoli, ia mencatatkan lebih dari 50 penampilan dan mencetak 2 gol.
Petualangan ke Jerman dan Spanyol

http://www.damienmjones.com
Karier Barba kemudian memasuki fase petualangan internasional. Pada Januari 2016, ia dipinjamkan ke klub Bundesliga, VfB Stuttgart. Meski hanya tampil 2 kali, pengalaman bermain di Jerman tetap berharga, terutama karena Bundesliga dikenal sangat menekankan fisik dan kecepatan. Sayangnya, Stuttgart terdegradasi di akhir musim, dan Barba kembali ke Italia.
Pada 2017, ia kembali mencoba peruntungan di luar negeri, kali ini di Real Valladolid di Spanyol. Di Segunda División, ia mendapat kesempatan bermain lebih banyak dengan 13 penampilan. Barba dikenal sebagai bek yang bisa beradaptasi dengan cepat, dan pengalamannya di Spanyol memberinya pemahaman tentang gaya permainan yang lebih teknis.
Chievo, Benevento, dan Stabilitas di Italia

Setelah pengalaman di luar negeri, Barba kembali ke Italia bersama Chievo Verona. Ia bertahan dua musim (2017–2019), tampil dalam 35 pertandingan. Di sini, ia menghadapi striker-striker top Serie A dan menambah jam terbangnya di level tertinggi.
Pada 2019, Barba pindah ke Benevento, sebuah klub yang baru saja bangkit di Serie B. Bersama Benevento, ia tampil dalam 58 pertandingan dan mencetak 2 gol. Salah satu momen paling penting adalah ketika ia membantu Benevento promosi ke Serie A pada musim 2019–2020. Hal ini membuktikan bahwa Barba bukan hanya sekadar bek nomaden, tapi juga pemain yang mampu memberi dampak nyata pada tim.
Pisa, Como, dan Sion: Bek Nomaden

Usai dari Benevento, Barba bergabung dengan Pisa pada 2021. Bersama Pisa, ia hampir membawa klub itu promosi ke Serie A, namun gagal di babak playoff. Barba kemudian melanjutkan karier di Como 1907, sebuah klub yang dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Grup Djarum. Di sini, ia kembali bermain di Serie B dengan cukup solid.
Pada Januari 2025, Barba pindah ke Swiss untuk bergabung dengan FC Sion. Ia tampil 10 kali di sana sebelum akhirnya menerima tawaran mengejutkan: bergabung dengan klub besar Indonesia, Persib Bandung.
Persib Bandung: Awal Baru di Asia
Tanggal 27 Agustus 2025, Persib Bandung mengumumkan perekrutan Federico Barba bersama gelandang Belanda-Indonesia Thom Haye. Bagi Persib, Barba adalah rekrutan besar, karena ia datang dengan pengalaman bermain di Serie A, La Liga, Bundesliga, hingga Swiss. Ia juga menjadi pemain Italia pertama yang memperkuat Persib.
Barba diharapkan menjadi pemimpin lini belakang Persib, menggantikan peran Nick Kuipers yang sebelumnya sangat vital. Kehadirannya menunjukkan keseriusan Persib untuk mendominasi Liga 1, sekaligus menjadi magnet bagi suporter.
Gaya Bermain
Federico Barba dikenal sebagai bek dengan gaya bermain elegan. Ia tidak terlalu mengandalkan kecepatan, melainkan posisi, membaca permainan, dan distribusi bola. Dengan kaki kiri dominan, Barba sering diandalkan untuk memulai serangan dari belakang melalui passing jarak menengah atau panjang.
Meski tidak terlalu agresif, ia cukup kuat dalam duel udara berkat tinggi badannya (1,87 m). Banyak pelatih yang menyebutnya sebagai “professor” di lini belakang, karena ketenangan dan kedewasaan dalam mengambil keputusan.
Catatan Tim Nasional
Di level internasional, Barba tidak pernah membela tim senior Italia. Namun, ia cukup aktif di kelompok usia muda:
- Italia U18: 2 kali main
- Italia U19: 6 kali main
- Italia U20: 7 kali main
- Italia U21: 2 kali main
Meski kariernya di timnas tidak berlanjut ke level senior, pengalaman itu membuatnya tetap diperhitungkan sebagai salah satu talenta bek Italia di eranya.
Fakta Menarik Federico Barba
- Multi Liga: Ia sudah bermain di 5 negara: Italia, Jerman, Spanyol, Swiss, dan Indonesia.
- Debut La Liga lawan Real Madrid: Pada 2019, Barba melakukan debut La Liga di Santiago Bernabéu, melawan Real Madrid. Pertandingan berakhir 1-1, hasil bersejarah bagi Valladolid.
- Nomor Favorit 93: Ia sering memilih nomor punggung 93 sebagai simbol tahun lahirnya (1993).
- Julukan “Il Professore”: Fans Benevento menjulukinya demikian karena gaya bermainnya yang tenang, rapi, dan elegan.
- Bahasa: Barba bisa berbicara bahasa Italia, Spanyol, sedikit Jerman, dan kini sedang belajar bahasa Inggris serta kemungkinan Bahasa Indonesia.
- Hobi Membaca: Tidak seperti banyak pesepakbola lain, Barba dikenal hobi membaca buku. Ia sering membagikan foto buku dan kopi di akun Instagram pribadinya.
- Hampir ke Genoa: Pada 2022, Barba hampir pindah ke klub Serie A, Genoa, namun transfer batal di detik akhir.
- Pemain Italia Pertama di Persib: Hal ini membuatnya langsung disorot media Indonesia.
- Dibandingkan Alessandro Nesta: Gaya elegannya membuat beberapa pengamat menyamakan dirinya dengan legenda Italia, meski tentu skala pencapaiannya berbeda.
- Nilai Pasar Tinggi: Saat bergabung dengan Persib, ia menjadi salah satu bek asing dengan nilai pasar tertinggi di Liga 1 Indonesia.
Leave a Reply