Tri Mumpuni Pemberdayaan Desa Terpencil

tri mumpuni desa terpencil

BU PUNI Siapa yang tidak mengenali sosok beliau di daerah pelosok di jawa tengah dan jawa timur.
Tri Mumpuni, lebih akrab dikenal sebagai Bu Puni, adalah seorang peneliti independen, wirausahawan sosial, filantropis, dan penemu sistem mikrohidro yang telah mencerahkan kehidupan lebih dari setengah juta masyarakat.
Lahir pada 6 Agustus 1964 di Semarang, Jawa Tengah, Bu Puni menapaki perjalanan hidup yang membentang dari ketertarikan terhadap sains hingga penerima penghargaan internasional
Tri Mumpuni tumbuh dalam keluarga yang memiliki nilai sosial tinggi. Ayahnya berprofesi sebagai pegawai BUMN, sementara ibunya aktif membantu masyarakat di desa dari sisi kesehatan, terutama menangani penyakit kulit yang marak akibat kondisi sanitasi buruk

Sejak kecil, ia sudah terlibat dalam kegiatan sosial bersama ibunya, yang membentuk landasan empati dan semangat melayani masyarakat
Pada 1982, Puni meraih kemenangan dalam lomba karya ilmiah tingkat remaja yang diselenggarakan oleh LIPI. Karyanya menarik perhatian Prof. Andi Hakim Nasution dari IPB, yang kemudian mengantarkannya untuk melanjutkan studi di Fakultas Pertanian, jurusan Sosial Ekonomi IPB, hingga lulus pada 1990.
Beliau kemudian menempuh pendidikan pascasarjana di bidang Energi dan Pembangunan Berkelanjutan di University of Costa Rica (1992) dan di bidang Perdagangan dan Pembangunan Berkelanjutan di Chiang Mai University (1993), serta pelatihan kepemimpinan lingkungan di LEAD International, New York, dengan dukungan Rockefeller Foundation (1993–1995).
Bertemu dengan Iskandar Budisaroso Kuntoadji, insinyur geologi sekaligus suaminya, membuka jalan bagi pendirian IBEKA (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan) pada 1992–1993. IBEKA merupakan lembaga nirlaba yang menerapkan teknologi tenaga mikrohidro untuk memberdayakan komunitas
Metode IBEKA unik menggabungkan teknologi dengan pendekatan sosial. Proyek diawali dengan memobilisasi komunitas, menyiapkan mereka secara teknis dan kelembagaan, hingga membentuk koperasi yang mengelola pembangkit listrik. Sebagian keuntungan dialokasikan untuk kegiatan sosial seperti beasiswa, kesehatan, modal usaha, dan infrastruktur.
Dalam pelaksanaannya bu puni lewat IBEKA mendirikan lebih dari 60 pembangkit mikrohidro, menerangi puluhan hingga ratusan desa, dan memberikan listrik bagi sekitar setengah juta jiwa.
Bu Puni tak hanya menghadapi tantangan teknis, tetapi juga regulasi yang rumit dan dukungan keuangan yang minim. Bahkan, saat melakukan pekerjaan di Aceh, beliau dan suami pernah diculik oleh mantan pemberontak dan dilepas setelah keluarga mengirim uang tebusan—suatu pengalaman kelam namun tak menghentikan tekadnya.

Mengenal Tri Mumpuni, 'Wanita Listrik' yang Dibandingkan dengan Awkarin

http://www.damienmjones.com

Bu Puni Penghargaan Internasional
Kontribusi Bu Puni mendapat berbagai penghargaan internasional. Ia dinobatkan sebagai “WWF Climate Hero” (2005), Ashoka Fellow (2006), dan menerima “Woman of The Year” dari Tempo (2006).
Prestasinya juga dipuji oleh Presiden AS, Barack Obama, dalam Presidential Summit on Entrepreneurship 2010
Dan Pada 2021, beliau masuk dalam daftar “500 Ilmuwan Muslim Berpengaruh Dunia” versi Royal Islamic Strategic Studies Centre
Selain itu, beliau terpilih menjadi anggota Komite Inovasi Nasional (2010) dan sejak 13 Oktober 2021 menjabat dalam Dewan Pengarah BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Dalam berbagai wawancara (misalnya dengan World Bank), Bu Puni menyampaikan filosofi hidupnya: berkarya agar berguna bagi sesama. Ia mendorong untuk konsisten, sabar, dan tidak menyerah dalam upaya sosial. Ia percaya bahwa niat baik akan menuntun pada jalan yang benar, dan birokrasi tak boleh meredam inovasi untuk mengentaskan kemiskinan.
Bagi generasi muda, terutama perempuan, beliau menekankan pentingnya ketekunan dalam mencapai tujuan, dan agar terus mengembangkan “revolutionary enthusiasm”—semangat merubah masyarakat menjadi lebih baik

Tri Mumpuni adalah sosok teladan yang membuktikan bahwa inovasi teknologi, jika ditempatkan dalam bingkai pemberdayaan, dapat menjadi alat perubahan sosial yang efektif. Melalui IBEKA, beliau memberikan akses listrik mandiri bagi masyarakat yang selama ini tak dijangkau, sekaligus menciptakan kelembagaan desa yang hidup dan produktif. Penghargaan internasional dan keterlibatan di pemerintahan adalah bukti dari dampak besar kontribusinya.
Bu Puni bukan sekadar menerangi desa dengan listrik—ia membangkitkan harapan, kemandirian, dan perkembangan ekonomi dari akar hingga memberikan sinar harapan bagi masa depan bangsa.

baca juga :  Pembelajaran Sejak Dini
baca juga : perbedaan anak zaman dulu dan sekarang
baca juga : Memanfaatkan Barang Bekas


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *